![]() |
Cabe petani Todanan terkena hama patek. (foto: dok-sg) |
“Biasanya kami
panen hingga 10 kali dalam satu kali tanam cabe dengan hasil bisa mencapai 6
kwintal per hektar. Namun karena terserang patek, panen hanya bisa dilakukan
hingga 6 kali dengan total hasil 3 sampai 4 kwintal,” ucap Ariyadi, salah satu
petani di Todanan, Kamis (21/7) kemarin.
Menurutnya jika
petani tidak ingin rugi besar, mereka terpaksa memanen dini cabe hijau sebelum
memerah agar tidak terlalu banyak yang busuk kena patek. “Biasanya dipanen dini
dan dijual sebagai cabe ijo,” lanjutnya.
Ia mengatakan
bahwa hingga kini tidak ada pendampingan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
Pertanian Kecamatan untuk menangani hama patek. Petani hanya melakukan
penyemprotan pestisida ke tanaman cabe yang kena hama patek.
“Saya berharap
ada PPL yang datang secara rutin, bukan hanya sekali saja untuk mengecek
kondisi tanaman petani sehingga bisa menampung permasalahan petani di lapangan
dan memberikan solusi penanganan hama,” pintanya.
![]() |
Petani cabe di Todanan memanen cabe di ladangnya. (foto: dok-sg) |
“Dengan kualitas
cabe yang menurun, harga juga ikut melemah. Namun jika masih laku diatas Rp
10.000 per kilogram, kami masih untung dengan catatan hasil panen cabenya dalam
kondisi baik. Pengennya harganya lebih tinggi mas dan tidak mati sebelum
memerah,” ungkap Sukimin, petani cabe lainnya.
Untuk
diketahui dalam penanaman cabe, para petani di Todanan menggunakan pupuk NPK.
“Sebelum ditanami, tanah juga dikasih pupuk kompos buatan pabrik atau bisa juga
pupuk kandang. Karena saat ini masih sering hujan, kelembaban tinggi
sehingga hama lebih cepat menyerang cabe,” pungkasnya. (rs-infoblora)
0 komentar:
Post a Comment