Wakil Bupati H.Arief Rohman M.Si saat menyaksikan semburan minyak di salah satu sumur tua Desa Ledok Kecamatan Sambong, bersama wartawan senior Kompas Josef Osdar. (foto: ag-infoblora) |
Untuk
mewujudkan itu, belum lama ini Bupati Blora H.Djoko Nugroho pun telah menyurati
Dirjen Migas Kementerian ESDM untuk meminta dukungan pengembangan wisata sumur
minyak tua di Desa Ledok. Begitu juga dengan Perhutani, dimana lokasi kolam
renang Kedungpupur berada di wilayah hutan Perhutani KPH Cepu.
![]() |
Rakor pengembangan destinasi wisata sumur minyak tua dan Kedungpupur Desa Ledok Kecamatan Sambong di ruang rapat Wakil Bupati Blora, bersama beberapa stakeholder terkait. (foto: ag-infoblora) |
Rapat
koordinasi telah digelar Selasa (19/7) di Ruang Rapat Wakil Bupati Blora yang
dihadiri perwakilan SKK Migas Jabanusa, Pertamina EP Aset 4 Cepu, Perhutani KPH
Cepu, Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika
(DPPKKI), Bappeda Blora, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Camat Sambong, Kades
Ledok dan perwakilan wartawan.
“Kita ingin
menata agar kawasan Kedungpupur yang terkoneksi dengan wisata sumur tua di Desa
Ledok bisa lebih bagus sehingga menarik wisatawan. Pemkab akan susun masterplan
atau konsep pengembangannya bersama Bappeda dan DPPKKI untuk selanjutnya akan
diajukan agar mendapatkan bantuan dari SKK Migas, Pertamina EP dan Perhutani,”
lanjutnya.
Perwakilan
SKK Migas Jabanusa, M Fatah Yasin saat rapat mengemukakan bahwa pada dasarnya
pihak SKK Migas akan mendukung dan menyambut baik niat Pemkab Blora untuk
mengembangkan potensi wisata sumur tua di Ledok.
“Kami dari
SKK Migas nanti akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Pertamina EP setelah
konsep atau masterplan pembangunannya jadi. Disusun saja dahulu bagaimana
konsep dan studi kelayakannya dengan menggandeng konsultan pariwisata,”
ujarnya.
![]() |
Kolam Kedungpupur peninggalan Belanda di dalam hutan Desa Ledok Kecamatan Sambong yang akan dikembangkan jadi destinasi wisata. (foto: ag-infoblora) |
“Saya sudah
4 tahun bertugas di Pertamina EP Cepu dan lebih memilih Ledok yang lebih cocok
dijadikan desa wisata sumur minyak tua daripada Wonocolo Bojonegoro. Hutan di
Ledok masih asri, tingkat kerusakan alam karena penambangan minyak masih minim.
Cukup terjaga. Sedangkan Wonocolo kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat
pengeboran minyak sudah parah. Jika memang Pemkab Blora serius, maka ini akan
lebih menarik daripada desa wisata sumur minyak tua yang ada di Wonocolo,”
terangnya.
Hanya saja
menurutnya butuh perbaikan infrastruktur yang serius, megingat akses jalan
hutan di kawasan sumur minyak tua sudah banyak yang rusak.
Adapun Adm
Perhutani KPH Cepu Endro Koesdijanto juga menyatakan dukungannya agar potensi
kolam renang Kedungpupur dikembangkan menjadi objek wana wisata. “Agar
lingkungan hutan di sekitar Kedungpupur tetap asri, maka Perhutani tidak akan
menjadikan kawasan tersebut menjadi hutan produksi tetapi hutan lapangan dengan
tujuan istimewa (LDTI). Sehingga pohonnya tidak akan ditebang untuk dijual,
seperti halnya hutan jati yang ada di Gubug Payung,” ujar Endro.
Perhutani
KPH Cepu pun siap menjalin kerjasama dengan Pemkab Blora terkait pengembangan
Kedungpupur dan sumur minyak tua. “Ajukan saja rencana kerja dan syarat (RKS)
nya, biar nanti bisa dipelajari dan disetujui untuk dikerjasamakan. Tidak hanya
pengembangan wisata di lingkungan hutan saja, tetapi perbaikan jalan hutan oleh
Pemkab juga harus ada RKS nya,” terang Endro.
Belum lama
ini Wakil Bupati sendiri telah mengunjungi kawasan sumur minyak tua dan Kedungpupur
di Desa Ledok bersama wartawan senior Kompas, Josef Osdar. Menurutnya Ledok
memang memiliki daya tarik tersendiri untuk wisata sumur minyak tua, terlebih
di tempat ini terdapat situs Sumur Magung yakni sumur minyak yang pertama kali
ditemukan di Indonesia pada saat masa kolonial Belanda. (rs-infoblora)
2 komentar:
Semoga terealisasi.... Aaminn
Semoga terealisasi.... Aaminn
Post a Comment