![]() |
Dialog antara Staf Khusus Wapres dan Wabup bersama pimpinan GMM dan petani tebu di ruang pertemuan Pabrik Gula. (foto: rs-infoblora) |
Pimpinan PT.GMM yang diwakili oleh
Factory Manager Andreas galih, Manager Teknik Slamet dan Manager Tanaman
Wahyuningsih, menyatakan bahwa saat ini pabrik gula sedang off karena belum ada
tebu yang bisa digiling.
Mereka menyampaikan kendala yang sedang
dihadapi PT.GMM yakni terbatasnya bahan baku tebu dari petani. “Saat ini memang
belum musim giling karena belum ada tebu yang masuk. Kami rencanakan giling
tebu 1 Juni mendatang,” kata Wahyuningsih, manager tanaman PT.GMM.
Andreas Galih, manager factory
mengatakan bahwa PT.GMM merupakan pabrik gula berbasis tebu. Kelangsungan
produksi giling di pabrik sangat bergantung pada produksi tebu petani. Pabrik
tidak memiliki lahan tebu sendiri untuk menopang produksi gula. Atas dasar itu
seringkali produksi terhenti ketika pasokan tebu dari petani tidak ada seperti
saat ini.
“Kami terkendala stok tebu, karena musim
panen tebu tidak setiap bulan ada. Sedangkan jika terlalu lama nganggur, mesin
pabrik bisa mangkrak sehingga pemeliharaan meningkat. Kami berharap ada
perluasan lahan tebu agar produksi giling bisa terus berjalan,” jelasnya.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh, Pabrik
GMM setiap harinya memiliki kapasitas giling 4000 ton tebu setiap hari. Sedangkan
hasil tebu para petani belum bisa mencukupi kebutuhan giling sepanjang tahun.
Sementara itu untuk perluasan lahan tebu
guna memenuhi kebutuhan PT.GMM, para petani terbentur pada permodalan. Tiga
perwakilan petani tebu yakni, Mulyono, Suhadi dan Yatman mengeluh tentang
sulitnya memperoleh pinjaman kredit untuk modal perluasan lahan tebu.
“Pinjaman modal sulit kami peroleh,
mekanismenya bertele-tele. Sedangkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) harus memakai
agunan. Kami keberatan,” ucap Mulyono.
Pihaknya mengatakan bahwa petani tebu di
Blora kebanyakan adalah pelaku baru yang modalnya minim. Tidak seperti para
petani tebu di Pati, Kudus dan sekitarnya yang sudah puluhan tahun menanam tebu
dengan modal kuat. Ia meminta agar pemerintah bisa memberikan solusi bantuan
permodalan yang ringan.
Mendengar keluhan dari PT.GMM dan petani
tebu, Staf Khusus Wapres Bidang Ekonomi dan Keuangan Wijayanto Samirin MPP
bersama Wabup H.Arief Rohman M.Si langsung memberikan tanggapan.
“Ini memang persoalan bersama.
Pemerintah memang membatasi impor raw sugar untuk pabrik gula agar tebu petani
lokal bisa terserap. Tapi keadaan di lapangan saat ini pabrik kekurangan tebu,
akibatnya produksi macet. Kita harus usahakan ekstensifikasi lahan tebu dan
membantu permodalan untuk petani,” ucapnya.
Menurutnya KUR untuk petani tidak
memakai agunan, jika petani mengatakan KUR harus pakai agunan maka ini ia
pastikan ada yang salah. Ketidakberesan ini akan ia sampaikan ke Wakil Presiden
agar bisa segera diselesaikan. Ia juga berharap agar lahan hutan milik
Perhutani bisa dikerjasamakan dengan petani tebu. Sela-sela tegakan jati bisa
ditanami tebu.
“Di Bank Jateng juga sedang ada kucuran
bantuan Mitra 25 tanpa agunan. Petani silahkan memanfaatkan program ini. Silahkan
cari informasi ke Bank Jateng,” kata Wabup H.Arief Rohman.
Untuk diketahui, saat ini rendeman Pabrik
Gula PT.GMM paling tinggi jika dibandingkan dengan pabrik-pabrik lainnya di
Jawa Tengah. Data menunjukkan rendeman PT.GMM mencapai 8,3 untuk para petani
tebu.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan (Dintanbunakikan) Blora Reni Miharti, Kepala Bappeda Samgautama Karnajaya, Asisten II Bondan Sukarno, Kabag Humas Protokol Setda Blora Irfan Agustian Iswandaru, Sekjen ILUSA Dandung Sri Harninto, dan Arsitek Pemenang Andai Aku Walikota Bandung Heru Candra Dewanto. (rs-infoblora)
1 komentar:
rendemen 8 NGAPUSIIIIIII pembohongan besarrr
Post a Comment