![]() |
Para pedagang Pasar Induk Blora menolak pemindahan dengan menggelar doa bersama di Makam Sunan Pojok, Jumat (1/4) kemarin. Usai berdoa mereka kembali membentangkan spanduk penolakan. (foto: ag-ib) |
Namun
dalam aksi penolakan kali ini berjalan damai. Jumat siang kemarin usai sholat
Jumat mereka berkumpul dan melakukan doa bersama dalam menyikapi kebijakan
Bupati Blora H.Djoko Nugroho yang merencanakan pemindahan Pasar Induk Blora
dari lokasi lama ke kawasan Gabus Kelurahan Mlangsen yang berjarak 2,5 km ke
arah selatan.
“Kami
berdoa kepada Allah SWT, kalau memang pemindahan pasar itu membawa mudarat
(kejelekan, Red) bagi pedagang maupun masyarakat Blora, maka janganlah rencana
tersebut terealisasi, kami menolaknya. Sebaliknya, jika pemindahan pasar membawa
kebaikan bagi semua, maka lancarkanlah rencana tersebut,” kata Ketua Paguyuban
Pedagang Pasar Blora, Tarwa Saladin, Jumat (1/4) kemarin.
Para
pedagang mengaku kaget ketika mendengar kabar dari media kalau Bupati H.Djoko
Nugroho akan memindah Pasar Induk Blora ke kawasan Gabus yang terletak di
pinggiran kota bagian selatan.
“Beberapa
bulan lalu ketika masih dipimpin Penjabat Bupati Ihwan Sudrajat, kami sepakat
jika pasar ini direnovasi total. Bahkan semua pedagang telah membubuhkan tanda
tangan persetujuan renovasi pasar di kain putih panjang. Namun tiba-tiba
setelah Bupati Kokok dilantik kok malah kebijakannya diganti dari renovasi jadi
pemindahan pasar,” ungkap Prionggo salah satu pedagang pasar.
Ia
menganggap lokasi pasar yang baru nanti tidak berada di tengah kota dan tidak terletak
di jalur utama antar kota sehingga dikhawatirkan akan sepi pembeli. “Kami khawatir di lokasi yang baru nanti akan
sepi pembeli. Sebab, lokasi pasar yang baru kurang strategis yakni berada di
pinggiran kota. Jalur lalulintas di lokasi pasar yang baru bukan jalur umum
yang dilintasi kendaraan dari luar Blora,” lanjutnya.
Pihaknya
lebih memilih jika Pasar Induk Blora direnovasi saja, bukan dipindah ke
pinggiran dengan alasan pemerataan pembangunan. “Kalau memang alasannya untuk
pemerataan pembangunan lebih baik Pasar Mbadong atau Pasar Kaliwangan itu
diperbaiki. Jika Pasar Induk dipindah ke Gabus pasti akan mematikan Pasar
Kaliwangan dan Pasar Mbadong yang jaraknya dekat dengan Pasar Induk. Sedangkan
di tengah kota tidak ada Pasar,” ungkapnya.
Para
pedagang juga mempertanyakan pemanfaatan lahan bekas pasar jika memang benar
Pasar Induk Blora akan dipindah ke Gabus. “Bekas pasar lama mau dipakai apa??
Dengar-dengar akan dibangun swalayan. Kalau benar berarti Pemkab lebih
mendukung pemilik modal besar daripada para pedagang kecil,” keluhnya.
Diketahui
bersama, dalam beberapa kali kesempatan Bupati H.Djoko Nugroho (Kokok) menyampaikan
rencana pemindahan Pasar Induk Blora ke kawasan Gabus karena menurutnya pasar
lama sudah terlalu kumuh, sempit, tidak mampu menampung semua pedagang dan tidak
memiliki lahan parkir luas untuk bongkar muat. Setiap pagi hari menimbulkan
kemacetan karena banyak pedagang berjualan ditepi jalan.
Bupati
ingin membangun Pasar Induk yang baru di kawasan Gabus yang bisa ditempuh hanya
5 menit dari lokasi lama, dengan lahan yang lebih luas sehingga tersedia area parkir
dan lokasi bongkar muat yang memadai. Terintegrasi dengan pembangunan sub
terminal yang nantinya semua angkutan diarahkan melalui jalur Pasar Induk Baru.
Kepala
Disperindagkop UMKM Blora, Maskur memastikan bahwa diperlukan lahan sekiar 2,5
hingga 3 hektare di Gabus untuk pembangunan pasar. Lahan yang dipakai adalah
tanah milik Pemkab bekas tanah bengkok Kelurahan Mlangsen.
Sesuai
rencana, tahun 2016 ini baru akan dilakukan pemadatan lahan. Sedangkan
pembangunannya baru akan dilakukan pada tahun 2017 mendatang. “Kami akan segera
melakukan sosialisasi agar para pedagang bisa memahami kebijakan ini,” ucapnya.
(ag-infoblora)
0 komentar:
Post a Comment