![]() |
Sumiati menunjukkan ungker hasil buruannya. (foto: teg-ib) |
Seperti yang
dilakukan Sumiati (40) warga Dukuh Sawur Desa Sambongrejo Kecamatan Sambong
bersama para tetangganya pada Senin siang (4/1) asyik berburu ungker
yang telah berjatuhan di bawah tegakan pohon jati tengah hutan.
“Alhamdulillah
sedang musim ungker mas, bisa jadi tambahan kebutuhan sehari-hari karena saat
ini harganya lumayan mahal. Mencarinya juga melelahkan karena harus mengambil
satu-persatu memilah dedaunan yang jatuh di bawah hutan jati,” ucap Sumiati
sambil menunjukkan bakul plastik yang terisi ungker.
Sejak pagi
hari dirinya bersama beberapa tetangganya rela berjalan kaki dari desa menjelajah
tengah hutan mencari ungker lalu dikumpulkan di bakul plastik untuk dijual di
tepi jalan raya Blora-Cepu. “Tak perlu dijual ke pasar, di tepi jalan
Blora-Cepu saja sudah banyak pembeli atau pengendara kendaraan yang menghampiri
untuk membelinya,” ungkapnya.
Menurutnya
setelah mencari ungker sejak pagi, pada tengah hari ia mulai menjajakan ungker
hasil buruannya di tepi hutan jati Jl.Blora-Cepu wilayah Kecamatan Sambong. Dalam
sehari, ia dan teman-temannya bisa mendapat uang rata-rata Rp 100.000 bahkan
lebih jika ungker yang diperolehnya banyak.
“Jika dapat
ungker banyak ya alhamdulillah sehari bisa dapat uang Rp 100.000 lebih. Namun
ungkernya tidak dijual semua, tetapi sebagian kecil saya bawa pulang untuk lauk
makan. Kalau dijual semua nanti tidak bisa ikut mencicipi ungker di rumah
sebagai lauk makan,” ucapnya sambil tersenyum.
![]() |
Sumiati dan tetangganya asik memilah daun mencari ungker dibawah tegakan hutan jati. (foto: teg-ib) |
“Bertani kan
hasilnya masih menunggu musim panen, kalau cari ungker tidak perlu modal uang
tetapi hasilnya langsung menghasilkan uang sehingga untuk saat ini saya lebih
memilih cari ungker. Bertaninya istirahat dulu karena musim tanam sudah
selesai,” bebernya.
Sementara itu
salah satu pembeli ungker, Tutik mengaku saat melintas di Jl.Blora-Cepu mengaku
penasaran dengan ungker yang banyak dijual masyarakat di tepi hutan. “Ini baru
pertama kali beli ungker dan belum pernah merasakannya. Pengen mencoba karena
kata teman-teman kerja rasantya enak,” jelas Tutik.
Untuk
diketahui, bagi warga Blora ungker atau kepompong ulat jati bukanlah sebuah
hama namun justru menjadi sebuah bahan makanan yang biasa diolah jadi lauk
sehari-hari sebagai teman makan nasi. Masyarakat biasanya memasaknya dengan
cara menumis atau oseng-oseng dengan bumbu bawang merah, bawang putih, irisan
cabai, tomat, lengkuas dan daun kedondong muda. (tio/teg-infoblora)
0 komentar:
Post a Comment