![]() |
Sebuah bengkel kerajinan akar jati di Desa Tempellemahbang Kecamatan Jepon. (foto: rs-ib) |
”Rata-rata yang dibuat disini memang sudah langsung diekpsor
sekitar 50 persen, dan beberapa bulan yang lalu baru saja kami kirim ke
Johanesberg Afrika Selatan satu kontainer kerajinan akar jati,” ujar owner
Surya Jati Mas, Ahmad Syaifuddin ketika ditemui di bengkel kerjanya, kemarin.
Menurutnya, memang saat ini semua perajin sedang menyelesaikan
pesanan yang ada, seperti skreen, konsul, vas bunga, tempat buah-buahan dan
pernak-pernik lainnya yang terbuat dari akar jati.
Untuk memenuhi pesanan dirinya mengaku membutuhkan waktu sekitar
dua hingga tiga bulan untuk satu kontainer. Sementara dalam setahun, dia mampu
mengkespor tiga hingga empat kali. ”Sekarang memang kemampuannya seperti itu,
sebenarnya bisa lebih namun harus menambah tenaga kerja dan bahanbahan,”
jelasnya.
Meski demikian, dirinya dan perajin lainnya sudah merasa cukup
baik, sebab sudah rutin mengekspor dan hasil kerajinan yang dibuat sudah laku
dipasaran sehingga menghidupkan perekonomian masyarakat.
Dalam mengekspor, lanjutnya, ada yang dilakukan secara langsung
dan melalui agensi yang selama ini sudah bermitra. Selain itu seluruh perajin
yang ada sudah tergabung dalam paguyuban tersendiri dan ada cluster
sendiri-sendiri sehingga bila ada order dari luar negeri semuanya bisa
merasakan.
”Ini memang menggembirakan dan dukungan dari Pemkab khususnya Dinas
Perindagkop dan UMKM cukup baik,” tandas Ahmad yang mulai merintis usahanya ini
sejak 2008.
Ahmad yang juga ketua paguyuban ini melihat prospek kedepan semakin cerah namun tantangan yang dihadapi pada persolan legalitas bahan baku. Selain itu, pihaknya juga menghadapi mahalnya ongkos tenaga kerja.
”Soal ketersediaan akar tidak jadi masalah hanya legalitasnya saja, namun pemkab sudah memfasilitasi,” katanya.
Ahmad yang juga ketua paguyuban ini melihat prospek kedepan semakin cerah namun tantangan yang dihadapi pada persolan legalitas bahan baku. Selain itu, pihaknya juga menghadapi mahalnya ongkos tenaga kerja.
”Soal ketersediaan akar tidak jadi masalah hanya legalitasnya saja, namun pemkab sudah memfasilitasi,” katanya.
Terpisah, Penjabat (Pj) Bupati Blora Ihwan Sudrajat mengakui
potensi kerajinan akar jati di Blora cukup bagus. Namun masih untuk kalangan
atas, karena harganya mahal. Untuk itu dirinya mendorong agar perajin bisa membuat karya yang
bisa dijangkau oleh masyarakat dengan harga yang ekonomis.
”Misalnya dengan model dan bentuk yang kecil-kecil tapi kualitasnya cukup bagus, sehingga tidak hanya kalangan atas yang membelinya,” ujarnya. (gie-SMNetwork | Jo-infoblora)
”Misalnya dengan model dan bentuk yang kecil-kecil tapi kualitasnya cukup bagus, sehingga tidak hanya kalangan atas yang membelinya,” ujarnya. (gie-SMNetwork | Jo-infoblora)
0 komentar:
Post a Comment