![]() |
Pendopo Kampung Samin Karangpace Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Blora saat ada kegiatan belum lama ini. (foto: rs-ib) |
“Siapa yang menghargai budaya leluhur, pada saatnya akan menimba mutiara untuk kemaslahatan,” ujarnya Sabtu (7/11).
Penampilan wayang kulit Blora di festival yang berlangsung tanggal
22-24 Oktober 2015 itu merupakan kesinambungan hubungan budaya antara Pemkot
Sawahlunto pernah berkunjung ke Blora. Keakraban dipicu adanya penemuan makam
Ki Samin Surosentiko di Puncak Gunung Putri, Sawahlunto.
Bahkan tokoh Samin Blora diberi kesempatan menziarahi makam. Ki Samin semasa hidup di Blora melakukan perlawanan dengan Belanda sehingga ia diasingkan ke Sawahlunto sampai kemudian meninggal di pengasingan.
Bahkan tokoh Samin Blora diberi kesempatan menziarahi makam. Ki Samin semasa hidup di Blora melakukan perlawanan dengan Belanda sehingga ia diasingkan ke Sawahlunto sampai kemudian meninggal di pengasingan.
Menurut Rosyid, dari keakraban yang tercipta antara Pemkab Blora
dan Sawahlunto, dapat ditarik benang merah untuk dipetik manfaatnya.
Menurutnya, hubungan budaya kedua daerah sebagai penanda bahwa karya budaya
dapat dijadikan jalinan interaksi positif kedua belah pihak. Karena itu, kata
Rosyid, daerah lain yang masih eksis komunitas Samin dapat menimba wawasan
bahwa jejak Ki Samin dihargai oleh warga Sawahlunto.
“Semestinya, daerah lain yang ada komunitas Saminnya seperti Kudus dan Pati bisa mengambil pelajaran dari hubungan yang terjalin antara Blora dan Sawahlunto,” ucapnya. (Abdul Muiz-SMNetwork | Jo-infoblora)
“Semestinya, daerah lain yang ada komunitas Saminnya seperti Kudus dan Pati bisa mengambil pelajaran dari hubungan yang terjalin antara Blora dan Sawahlunto,” ucapnya. (Abdul Muiz-SMNetwork | Jo-infoblora)
0 komentar:
Post a Comment